AKU YANG SALAH

Hei....
Kita jauhan lagi ya. Aku hampir lupa.
Nggak mengapa sih. Kan kita bukan siapa-siapa. 

Aku bukan temanmu. Pun bukan kekasih. Juga bukan keluarga.

Tapi aku mencarimu. Demikiankah?
Iya. Daftar namamu selalu ada dalam percarianku.

Rindukah? Iya. Aku rindu. Mengapa?
Entahlah! Aku tidak tahu.
Tidak ada alasan sebenarnya. Mengapa aku mencarimu. Dan mengapa aku merindukanmu.

Lalu?
Aku sedikit kecewa. Aku tidak mengenal siapa yang aku cari. Aku tidak mendapati yang aku rindukan.

Mungkin itu hanya bayangan.
Bayangan dari imajinasi seorang lelaki.
Imajinasi yang salah. Yang rumit. Dan tak terarah.

Jangan tanya lagi. Karena memang sudah jelas.
Pikirku tentangnya. Sudah samar.
Bahwa memang aku salah.

KHAYALANKU

Ketika asaku hampir redup.
Nama itu yang menguatkanku.
Jendela kehidupan sebagai cahaya aspirasi.
Pengisi kekosongan sebagai alasan untuk bertahan.

Lelah memang. Letih juga.
Sepi sudah biasa. Sendiri sudah harus.

Menangis spertinya aktivitas rutin sebelum tidur. Berimajinasi dengan dunia fantasi.
Menciptakan cerita fiksi. Tenggelam dalam isak.

Dasar cengeng. Manja!! 
Kamu tidak boleh lemah. Apalagi sampai sakit.

Lihatlah kondisimu. Kamu punya apa?
Lihatlah sekelilingmu. Siapa yang memperdulikanmu? 

Ingatlah pada Nama itu.
Yang menjadi kekuatanmu.
Yang selalu setia disetiap keadaan.

Jangan membuatnya kecewa. Apalagi terluka.
Jagalah perasaannya. Walau tak bisa balas budi. Tetapi berbaktilah.
Setidaknya. Ukir senyum kebahagiaan dihari tuanya.

MENJAGA PERASAAN

Ketika asaku hampir redup.
Nama itu yang menguatkanku.
Jendela kehidupan sebagai cahaya aspirasi.
Pengisi kekosongan sebagai alasan untuk bertahan.

Lelah memang. Letih juga.
Sepi sudah biasa. Sendiri sudah harus.

Menangis spertinya aktivitas rutin sebelum tidur. Berimajinasi dengan dunia fantasi.
Menciptakan cerita fiksi. Tenggelam dalam isak.

Dasar cengeng. Manja!! 
Kamu tidak boleh lemah. Apalagi sampai sakit.

Lihatlah kondisimu. Kamu punya apa?
Lihatlah sekelilingmu. Siapa yang memperdulikanmu? 

Ingatlah pada Nama itu.
Yang menjadi kekuatanmu.
Yang selalu setia disetiap keadaan.

Jangan membuatnya kecewa. Apalagi terluka.
Jagalah perasaannya. Walau tak bisa balas budi. Tetapi berbaktilah.
Setidaknya. Ukir senyum kebahagiaan dihari tuanya.

CACIAN DAN HINAAN

Segala cacian dan hinaan dari Anda akan saya ingat. Tapi jangan takut. Saya bukan orang yang pendendam.

Saya tidak akan balas mencaci ataupun memaki Anda. Cacian dan hinaan dari Anda akan saya jadikan motivasi untuk lebih baik ke depannya. 

Saya tahu Anda memperhatikan saya. Cacian dan hinaan Anda membuat saya lebih semangat untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang tangguh. 

Bahwa saya tidak pernah lupa. Anda pernah berbuat baik terhadap saya. Saya tahu Anda pernah mencaci saya, Tetapi saya juga ingat akan kebaikan Anda.

Satu hal yang yang tidak akan pernah saya lupa dari Anda. Dan saya akan terus mengingatnya. Bahkan saya berniat untuk membalasnya suatu kelak jika saya punya kesempatan.

#motivasidiri

TUJUAN YANG BERBEDA

Kita memang berada dijalan yang sama, arah yang sama namun dengan tujuan yang berbeda.

Langit yang kita junjung dan bumi yang kita pijak memberikan kehidupan yang sama, namun banyak perbedaan RASA yang harus kita sadari.

Rasa syukur atas nikmat Tuhan.
Rasa syukur atas kasih kedua orang tua.
Rasa terima kasih atas kebaikan sesama.
Rasa hormat terhadap mereka yang lebih tua.
Rasa takut terhadap dosa.
Rasa penyesalan terhadap penghianatan.

Dan tentang rasa. Apakah yang kita lakukan terhadap RASA yang kita alami di dunia yang fana ini? Adakah pilihan?

Sudahkah kita menyadarinya? Dan sudahkah kita mensyukurinya?

AKU TAK MENAHAN KEPERGIANMU

Aku tidak akan menyalahkan siapapun atas kepergianmu.
Karena memang, takdir tidak menginginkan kau dan aku menjadi kita.

Aku tidak akan menahanmu untuk tetap tinggal.
Karena aku tidak punya alasan untuk itu.
Perih memang. Kecewa iya. Berharap banyak!!
Ada selembar doa yang ku semogakan kau kembali.

Namun tak bisa aku meneruskannya. Ada banyak alasan mengapa kau memang harus pergi.
Perbedaan yang terlihat nyata. Dan takdir yang teramat kuat. 

Pergilah!!
Karena ini pilihanmu, dan kau punya hak untuk itu.

Maaf... 
Jika pengakuan ini begitu lancang. 
aku bisa saja memilih dengan siapa aku menikah, seperti kamu yang memilih pergi. Tetapi aku tidak bisa memilih kepada siapa aku jatuh cinta.

Ya! Waktu singkat kebersamaan kita, menyempatkan aku jatuh cinta kepadamu. Dan aku tidak bisa memilih.
Sehingga aku menyebutkan ini takdir.

Aku tahu ini tak adil. Kau bisa memilih pergi, mengapa aku tidak?!!
Aku sadar aku akan menikmati rasa yang bernama Sakit. Cepat atau lambat, patah ini akan terjadi pada siapapun. Termasuk aku!

Iya?!! Tentu saja ada air mata. Tentu saja ada semilir duka. Tapi aku percaya, ini bukan akhir dari kisahku.

KENYATAAN YANG TAK TERUNGKAP

Aku mencintaimu bukan hanya untuk hari ini. Bukan pula untuk esok. Tapi untuk selamanya.
Sampai Tuhan berkata "Dia bukan Jodohmu"  
 
Apabila diizinkan. Aku ingin melihat rona matamu. Aku ingin menguji diriku. Mampukah aku membalas tatapanmu.
Mampukah aku menembus dinginnya hatimu.

Memang sedikit memaksa. Adakah kesempatan itu, walau hanya dalam angan. 

Tidak!!. Aku tidak ingin semuanya hanya dalam angan. Percayalah ini bukan khayalan juga bukan imajinasi atau semacamnya. Inilah kenyataannya.

Kenyataan yang tidak bisa ku ungkapkan entah sampai kapan aku mampu memendamnya. Mungkin,
Sampai Tuhan menunjukan "Dia bukan jodohku".

GUNAKAN PERASAAN YANG BAIK

Ingat.
Perasaan seseorang itu bukan sebuah file yang bisa kamu buat ketika kamu pengen, kemudian kamu delete ketika merasa udah nggak berguna.
Atau kamu undo delete ketika kamu sadar itu masih berguna buat kamu.

Perasaan seseorang itu seperti virus komputer. Datang tanpa kamu minta dan terkadang susah untuk dibuang.

Perasaan memang bukan hal yang mudah untuk dipahami. Satu alasan, kebanyakan manusia mengandalkan logikanya hingga luka pun terkadang hanya diketahui seorang diri.

Mereka tak mengerti. Betapa perasaan adalah bagian yang paling peka.

Jangan terlalu terlihat bodoh dengan logika itu. Gunakan perasaan sebaik-baiknya.

RINDU YANG SALAH

Sepenuh rindu tersimpan rapi pada deretan hati tersekat pilu.
Lagi! 
Perandaian itu menghiasi otaknya.
Memenuhi ruang-ruang kosong di kepalanya.

Sepenuh rindu yang tak pernah sampai. Bagai laut tak bertepi.

Rindu yang tak bertuan. Rindu yang tak semestinya. Rindu yang seharusnya bukan miliknya. Bukan haknya!

Rindu yang salah 😔😌

MASA LALU DAN MASA DEPAN

Maaf .. ..
Bukan maksud mencampuradukkan masa lalu dengan masa depan.
Tapi keduanya memang tidak bisa dipisahkan.

Masa lalu.
Adalah pelajaran hidup agar bisa merubah apa yang sepatutnya dirubah.

Masa depan.
Adalah rencana yang akan menentukan nasib.

Belajar dan Alami.
Bersyukurlah. Sebab, hidup ini sangat mahal jika dibanding-bandingkan dengan masa lalu pun juga masa depan.

Hargai.
Simpan masa lalumu. Jadi kan sejarah. Agar kamu tahu masa depan adalah bagian dari masa lalu.

RASA YANG TERSIMPAN

Aku tidak tahu pasti, sejauh mana aku mengenalmu. Yang aku tahu ada rasa yang ku simpan rapi dalam barisan penaku.
Aku tidak pernah paham sedalam apa rasa ini. Rasa yang ku sebut Cinta.

Iya. Aku menyebutnya cinta. Benarkah ini cinta? entahlah! Aku pun tergelitik geli. Tertawa sendiri. Darimana aku membenarkan pernyataan sebodoh macam ini.

Dilema. Aku ingin mencintaimu. Tapi aku tidak boleh. 
Aku tidak boleh semudah itu mencintaimu. Aku tidak boleh semudah itu jatuh dalam pelukanmu. 

Disisi lain. Aku tengah berusaha membunuh semua perasaan ini. Aku tengah berjuang meyakinkan diri, bahwa AKU TIDAK BOLEH JATUH CINTA PADAMU! Aku telah berusaha mencari kesalahanmu yang membuatku mudah membenci dan akhirnya melupakanmu.

Nyatanya. Seisi otak ini hanya ada kamu. Tidak ada satu kesalahan pun yang meyakinkanku untuk membencimu. Tidak ada satu kekurangan pun yang nampak adalah kelebihanmu.

Kekuranganmu telah menjadi kelebihan bagiku. Dan aku semakin mengaguminya. 

Sadarku. Ini hanyalah ilusi dalam imajiku. Rasa ini hanya singgah pada hati yang bersemayam di dalam naluriku. Rasa yang masih ku simpan rapi. Tak satu pun boleh tahu.

MALAIKAT PEMELIHARA HATI

Bagaimana kabar, pemilik hati yang selalu disemogakan?

Kerap kata amin menghiasi sudut bibirku sebagai tanda penutup harapku, yang dengan setia melantunkan ayat-ayat doa disetiap malamku. 
Ini bukan kali pertama, kedua, ataupun ketiga. Tapi untuk yang kesekiankalinya.

Mungkin, malaikat pemelihara hati pun bosan. Membuatnya enggan menjawab doaku. Yang tiada henti menyebutkan nama ITU.

Ah bagaimana bisa Engkau bosan! 
Tidakkah Engkau memikirkan bagaimana aku yang mengharap ia datang menemuiku?
Setiap hari, bahkan disetiap sudut pikiranku.

Wahai Engkau malaikat pemelihara hati!
Adakah cara yang dapatku tempuh untuk memiliki hati yang sedang kau pelihara?

Dan

Untuk pemilik hati! 
Tak bisakah kau menoleh barang sejenak, ada hati yang tengah berharap. Disini! Di tempat ini. Pada hati yang sama.

MENYUMBANG RINDU

Lirik rindu bernada sumbang.
Mengendap malu dalam kesunyian.
Kepada lagu ia bercerita. Ada hasrat ingin bertemu.

Semampunya melodi kebimbangan ia alunkan.
Menapaki setiap jengkal rasa. 
Ada rindu! Rindu yang begitu sumbang. Rindu yang kehilangan empunya.

Kembali. Sajak itu ia tulis. Pada daun yang berjatuhan. Tetapi kandas diterpa angin.

Lagi! Rindu ia sampaikan pada malaikat pemelihara hati.  Lewat nyanyian doa. Ia bariskan bait puisi tentang rindu. Rindu yang ia miliki.

JALAN BERLIKU

Jalannya berliku dan banyak jurang!!

Iya! Itu kata mereka. 
Seketika nyaliku pun menciut, mengerut dan mengeriput. Sepertia manusia yang bernama TUA.

Terlintas secuil keinginan untuk mencoba. Karena asyiknya cerita orang tidak seasyik saat kita mencoba sendiri. Seperti mendapat suatu keajaiban. Setelah mencoba, muncul lagi niat untuk bertahan. Meski sulit, Semua pasti terlewati.

Aku punya keyakinan. Jalan itu tidak selamanya berliku dan penuh jurang. Akan ada jalan lurus yang melegakan kaki dan tangan dalam perjalananku.

Benar! 
Sebuah keyakinan, Doa dan Perjuangan. Semua kesulitan dan kesukaranku akan berakhir Indah nanti. Pada waktu dan hari yang tepat. Yang telah Tuhan tentukan.

BERSANDAR DI BAHUKU

Bahu ini masih cukup kuat, bersandarlah di pundakku, ceritakan sedihmu. 

Menangislah, jangan tampung air matamu.
Dengan lembut tangan ini akan mengusap air mata mu dan siap merangkulmu dengan kasih.

Ceritakan kisah penatmu sampai kau merasa nyaman dan bilang "aku sudah baik, dan akan baik-baik saja".
Sebagai bagian dari manusia, sudah seharusnya aku memberimu kenyamanan. Aku akan tetap menyediakan bahuku untukmu selagi aku mampu.

BERHENTI BERPURA PURA

Menjadi sok kuat dan sok tegar itu, butuh perjuangan.
Perjuangan keras untuk berbohong bahwa "I'm fine" tapi pada kenyataannya "I am sick".

Tolong berhentilah! berhenti pura-pura CARE. Berhenti memberi harap. Karena itu juga akan mengajariku untuk berbohong.

Yang perlu kamu lakukan sekarang adalah bagaimana caranya melupakanmu, berhenti mengharapkanmu dan hidup bahagia seutuhnya meski tanpa kamu.

RINDU YANG TAK PERNAH ADA

Kita adalah rindu yang tak pernah ada, Adalah rindu yang tak pernah bertemu

Namun setiap kata yang kau ucapkan padaku, juga tiap detik yang mempertemukan ku denganmu,
tak satupun sudi pergi dari ingatanku.

Aku tak punya muka untuk bertemu denganmu. Bagaimana jika kau lihat binar yang memang tak pernah mampu ku sembunyikan?

Bagiku kaulah sisa keindahan senja yang masih bisa ku peluk digelapnya malam.

Tetaplah di sana,
tetaplah tak termiliki, betapa pun aku ingin, tetaplah menjadi seperti dusta senja kepada malam.

AKU TELAH SALAH BERLABUH

Sejauh ini pun, aku masih rindu. Rindu yang benar-benar rindu. Menggebu hingga membara. Tidakkah kau rasa? Tidakkah kau peduli? Sakitnya menahan rindu.

Dulu.
Kau adalah orang asing, aku juga orang asing. Kau dan aku sama-sama asing yang tak saling mengenal.
Seharusnya, sekarang pun aku bisa menganggapnya biasa saja ketika kau memilih kembali menjadi asing.

Mengapa aku begitu repot memikirkannya? mengapa aku harus larut dalam kerinduan yang tak bertuan ini? Aku rasa ini adalah kesalahan terbesarku. Salah menempatkan rindu yang tak seharusnya ada. Salah memilih orang untukku jadikan pemilik rinduku.

Aku telah salah berlabuh.

TAK INGIN CORETAN

Sekarang. 
Kalimat yang kutulis sering salah.
Terlalu sering. Kemudian menjadi banyak.
Dan aku tidak suka hal itu.
Aku paling benci, jika ada coretan dalam tulisanku.
Bukan karena cape menghapus atau semacamnya. Tetapi aku memang membencinya.
Aku tidak mau mencoret, apalagi menghapus. Karena bagaimana pun, bekasnya akan tampak. Dan itu akan membuat tulisanku menjadi tidak rapi dan terkesan kotor. Aku tidak ingin hal itu terjadi. Aku ingin tulisanku tetap bersih dan rapi. Tanpa coretan. Tanpa tempelan. 
Jadi, tinggallah dalam ingatanku. Jangan rubah lagi. Tetaplah seperti ini. Biarkan penaku bercerita dengan lancang, tanpa jeda. Tanpa harus mencoret apalagi menghapus. Aku tidak ingin mengganti tokoh utama dalam ceritaku. 
Aku tetap ingin kamu. 

Memo, Februari 2018